nama : reza alam permana
kelas ; 1ic10
npm :29414155
TUGAS
ILMU SOSIAL DASAR 2
PEMUDA
DAN SOSIALISASI
pemuda
adalah sosok individu produktif dan mempunyai karakter yang khas seperti
revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dan sebagainya.
Namun,
pemuda juga memiliki kelemahan yang mecolok yaitu kontrol diri dalam artian
mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau
menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan
menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
Masalah-masalah
pemuda yang dialami ini adalah bentuk pendewasaan seseorang serta penyesuaian
diri suatu individu terhadap lingkungan sosial yang dihadapinya. Pemuda akan
mengalami proses sosial yang dimulai dari lingkungan keluarga berlanjut ke
lingkungan sekolah atau pelajar hingga pemuda nantinya akan menjalani kehidupan
bermasyarakat. Proses sosial tersebut disebut juga dengan sosialisasi, proses
sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses
hingga mencapai titik kulminasi.
Maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengertian pemuda dan pengertian sosialisasi dan internalisasi pemuda serta
peranan sosial pemuda itu sendiri.
Teori
Dari Berbagai Sumber
1).Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth)
dalam kamus Webstersnya sebagai “the time of life between childhood and
maturity; early maturity; the state of being young or immature or
inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person”.
Sedangkan
dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people,
sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun. Contoh lain
di Canada dimana negara tersebut menerapkan bahwa “after age 24, youth are
no longer eligible for adolescent social services”
2.
Sejarawan Taufik Abdullah (1995) memandang pemuda atau generasi muda adalah
konsep-konsep yang sering mewujud pada nilai-nilai
herois-nasionalisme.
3. Remaja berasal dari kata latin adolensence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan
dewasa atau tua.
Seperti
yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan.
karena
remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
4.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan
menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah:
masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
PENGARUH SOSIAL MEDIA SEBAGAI ALAT PERJUANGAN
PEMUDA
Pemuda
mengawal perubahan lewat caranya sendiri. Pemuda di tahun 1928 menunjukkan
eksistensinya dengan berorganisasi, sementara pemuda di tahun 1966 dan 1998
menuntut perubahan lewat konsolidasi massa yang turun ke jalan. Kini dengan
semakin majunya zaman, jalan yang dipilih sebagai sarana berjuang juga semakin
banyak.
Salah
satu media perjuangan pemuda kontemporer adalah lewat sosial media. Dunia maya
yang awalnya hanya sebagai alat pencari informasi maupun kesenangan ternyata juga
dapat digunakan sebagai alat pergerakan. Reformasi di Tunisia bisa menjadi
contoh. Tidak akan pernah terbayangkan sebelumnya bahwa perubahan rezim di
salah satu negara di Afrika Utara tersebut salah satunya diawali lewat dunia
maya. Akibat sistem ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat, para pemuda
membangun jejaring untuk melakukan perubahan lewat sosial media seperti
facebook, twitter maupun blog. Walaupun pemerintah kemudian melarang penggunaan
media-media tersebut, bahkan menangkapi para blogger yang dikenal kritis, namun
perjuangan menuntut perubahan tetap berjalan hingga akhirnya presiden Zine El
Abidine Ben Ali mundur.
kita dapat mengambil contoh positif dari
penggunaan sosial media. Karena peran generasi muda Tunisia dan pemanfaatan
sosial media sebagai sarana perjuangan maka perubahan yang dikehendaki sebagian
besar masyarakat Tunisia dapat terealisasi.
Pemanfaatan
sosial media sebagai atal perjuangan pemuda merupakan hal yang vital. Ketika
media konvensional sudah menjadi alat sekelompok elit untuk menyebarkan agenda
kepentingannya atau menjadi alat pengeruk rupiah bagi para kapitalis, maka
sosial media menjadi sarana penyedia informasi yang independen. Semua orang
bisa terlibat di dalamnya karena sosial media bersifat bias kepemilikan.
Inilah
yang harus mampu dimanfaatkan para generasi muda. Apalagi para pemuda yang
memiliki gagasan untuk maju harus bertarung dengan kaum elit yang memiliki
lebih banyak modal untuk menang seperti modal kekuasaan, modal keuangan, maupun
modal kekerasan yang sah. Melalui dunia maya sisi lain dari dinamika kehidupan
di negeri ini bisa menjadi konsumsi publik. Sosial media menjadi tempat
terkuaknya permasalahan yang luput dari pemberitaan media.
Dunia
maya juga menjadi tempat yang tepat untuk memperlihatkan eksistensi. Pemuda
bisa mengungkapkan gagasannya dengan bebas. Pemuda bisa menuliskan ide-idenya
tanpa harus dimuat di media massa besar karena sudah memiliki media alternatif
yang siap menampung setiap kata-katanya. Dari sinilah generasi muda diharapkan
berperan aktif dalam perubahan zaman.
kebenaran
dan bersikap kritis melalui situs jejaring sosial maupun blog, kita sebenarnya
telah ikut berperan seperti pemuda-pemuda Indonesia di setiap zaman.
Salah
satu bentuk kesuksesan dalam perjuangan melalui pemanfaatan sosial media ada
dalam kasus Prita Mulyasari. Prita yang awalnya hanya curhat di blog pribadinya
tentang pelayanan buruk yang diterima saat dirawat di salah satu rumah sakit
justru berakibat pada ancaman hukuman karena dianggap mencemarkan nama baik
rumah sakit tersebut.
Salah
satu bentuk kesuksesan dalam perjuangan melalui pemanfaatan sosial media ada
dalam kasus Prita Mulyasari. Prita yang awalnya hanya curhat di blog pribadinya
tentang pelayanan buruk yang diterima saat dirawat di salah satu rumah sakit
justru berakibat pada ancaman hukuman karena dianggap mencemarkan nama baik
rumah sakit tersebut.
Vonis
yang mengancam Prita akibat curhatannya dianggap oleh sebagian besar masyarakat
sebagai hukuman yang mengada-ada. Kasus yang menimpa Prita seperti menjadi bukti
buruknya sistem penegakan hukum di negeri ini. Para aparat penegak hukum
bukannya membela yang benar justru membela yang berkuasa. Apalagi dalam
perkembangannya muncul desas desus bahwa para penegak hukum mendapat layanan
khusus dari rumah sakit yang menggugat Prita untuk memenangkan kasusnya.
dimaksudkan
untuk menggalang uang dari masyarakat. Koin Untuk Prita menjadi media
masyarakat dalam memberikan dukungan moral sekaligus simbol perlawanan terhadap
para pemilik kewenangan di negeri ini yang bertindak semena-mena.
Selain
kasus Prita, kasus kriminalisasi yang menimpa Bibit-Candra, dua pimpinan KPK
juga dapat dikategorikan sebagai keberhasilan sosial media sebagai sarana
perjuangan. Lagi-lagi, berkat pembentukan akun facebook “Gerakan Tolak
Kriminaisasi KPK” dan disertai aksi turun ke jalan mendukung Bibit-Candra kasus
ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat hingga berakhir dengan
dibebaskannya dua pimpinan KPK tersebut lewat wewenang presiden.
Tentu
masih banyak lagi permasalahan ketidakadilan yang terekspos berkat kehadiran
sosial media, baik itu dalam skala besar maupun kecil. Namun yang perlu
diperhatikan, sebagian besar perjuangan tersebut digerakkan oleh generasi muda.
Merekalah yang menjadi motor penggerak perubahan. Mereka yang telah mendobrak
sistem penyelewengan dalam penegakkan keadilan di negeri ini. Pemuda pula yang
rela berjejaring, mengkonsolidasikan masaa baik itu lewat dunia nyata maupun
maya untuk menyerukan keadilan, meskipun yang mereka bela belum tentu orang
yang dikenalnya
patut
diperjuangkan. dapat disimpulkan bahwa perjuangan dan perubahan yang terjadi di
Indonesia tidak dapat terlepas dari andil generasi mudanya. Pemuda di setiap
zaman berjuang membela keadilan lewat jalannya sendiri. Kini dengan semakin
majunya teknologi, maka semakin maju pula cara pemuda menyuarakan keadilan.
Demonstrasi bukan lagi sarana tunggal bagi para pemuda untuk menuntut
perubahan. Sosial media jadi salah satu tempat pemuda merepresentasikan
idenyaa. Melalui sosial media, pemuda dari seluruh penjuru negeri saling
berjejaring, berkomunikasi untuk menghasilkan gagasan brilian. Semua itu demi
terciptanya Indonesia yang adil dan sejahtera.
Maka
benar apa yang dikatakan Bung Karno, “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi,
maka berikanlah aku lima pemuda agar dapat mengubah dunia.”
·
Sosialisasi pemuda
Pemuda adalah individu dengan
karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki
pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun
kultural.
Proses
sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan
penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan
berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada
beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses
Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
Melalui
proses sosialisasi, pemuda merubah cara berpikir dan kebiasaan hidupnya. Dengan
proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku
di kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Kepribadian seorang pemuda dapat
terbentuk melalui proses sosialisasi. Dalam hal sosialisasi dikatakan sebagai
proses yang membantu individu belajar dan menyesuaikan diri serta bagaimana berpikir
dapat berfungsi dalam kelompok. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar
kebudayaan dalam anggota masyarakat dan hubungan sosial.
Media
Sosialisasi antara lain :
·
Keluarga
Pertama-tama
yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya.
·
.Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal.
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal.
·
.Temanbermain(kelompok bermain)
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya.
·
. Media Massa
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Tujuan
pokok Bersosialisasi :
o Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
o Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
o Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
o Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
o Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
o Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
o Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
o Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
Peranan
Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah.
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah.
Sarana
tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard,
playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi
anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik
perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk
belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan
kegiatan yang lebih positif.
Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
·
Mengembangkan
Potensi Generasi Muda
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri. Untuk mengembangkan ide-ide / gagasan-gagasan itu, Institut Teknologi Maschussets (MIT) Universitas Oregon dan Universitas Carnegie Mellon (CMU), telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas dalam program-program belajar dan membaharu dalam wadah Nasional Science Foundation (NSF), di masing-masing pusat inovasi universitas-universitas tersebut. Hasil yang dicapai proyek itu : Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah dipasarkan dan menciptakan hampir 800 pekerjaan baru, dan memperoleh hasil penjualan sebesar $46,5 juta (Kingsbury. Louise, 1978:59) [3].
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia unrtuk mengembangkan potensi tenaga muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri. Untuk mengembangkan ide-ide / gagasan-gagasan itu, Institut Teknologi Maschussets (MIT) Universitas Oregon dan Universitas Carnegie Mellon (CMU), telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas dalam program-program belajar dan membaharu dalam wadah Nasional Science Foundation (NSF), di masing-masing pusat inovasi universitas-universitas tersebut. Hasil yang dicapai proyek itu : Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah dipasarkan dan menciptakan hampir 800 pekerjaan baru, dan memperoleh hasil penjualan sebesar $46,5 juta (Kingsbury. Louise, 1978:59) [3].
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia unrtuk mengembangkan potensi tenaga muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Kesimpulan
:
Pemuda
sesungguhnya bukan sekadar bagian dari lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka
memainkan peranan penting dalam perubahan sosial. Tapi, jauh daripada itu,
pemuda merupakan konsepsi yang menerobos definisi. Hal itu disebabkan keduanya
bukanlah semata-mata istilah ilmiah, melainkan lebih merupakan pengertian
ideologis dan kultural. ‘Pemuda harapan bangsa’, ‘pemuda pemilik masa depan
bangsa,’ dan sebagainya, betapa mensyaratkan nilai yang melekat pada kata
‘pemuda’. Pernyataan menarik tersebut, dalam konteks Indonesia sebagai bangsa,
menemukan jejaknya.
Sosok
pemuda selalu terkait dengan peran sosial-politik dan kebangsaan. Itu dapat
dipahami mengingat hakikat perubahan sosial-politik yang selalu tercitrakan
pada sosok pemuda. Citra pemuda Indonesia tidak lepas dari catatan sejarah yang
telah diukirnya sendiri.
Daftar Pustaka